Total Biaya 16 Juta Dollar AS Dibayarkan Seluruh Tim F1 untuk Ikut Musim Balap 2019

By Nugyasa Laksamana - Minggu, 2 Desember 2018 | 17:58 WIB
Pebalap Mercedes, Valtteri Bottas (mobil warna perak, kanan), sebelum ditabrak Sebastian Vettel (Ferrari) di tikungan 1 Sirkuit Paul Ricard yang menjadi arena balap GP Prancis 2018 pada ajang Formula 1 (F1), Minggu (24/6/2018).
BORIS HORVAT/AFP
Pebalap Mercedes, Valtteri Bottas (mobil warna perak, kanan), sebelum ditabrak Sebastian Vettel (Ferrari) di tikungan 1 Sirkuit Paul Ricard yang menjadi arena balap GP Prancis 2018 pada ajang Formula 1 (F1), Minggu (24/6/2018).

(Tim: biaya masuk 2019/biaya masuk 2018)

Mercedes: $4,573,198 / $4,653,720

Ferrari: $3,463,059 / $3,210,170

Red Bull: $2,678,587 / $2,415,376

Renault: $1,145,770 / $810,305

Haas: $996,101 / $758,695

McLaren: $836,110 / $670,958

Racing Point: $784,500 / $1,481,235* (sebelumnya Force India)

Sauber: $763,856 / $541,933

Toro Rosso: $686,441 / $789,661

Williams: $552,255 / $944,491

Total: $16,479,877 / $16,276,544

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on 


Editor : Nugyasa Laksamana
Sumber : Motorsportweek.com


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.