Para Peselancar Terancam Masalah Kesehatan

By NG Indonesia - Selasa, 10 April 2018 | 17:37 WIB
Peselancar meminum air laut lebih banyak dibandigkan dengan perenang atau penyuka olah raga air lainnya.
Thinkstock
Peselancar meminum air laut lebih banyak dibandigkan dengan perenang atau penyuka olah raga air lainnya.

Pada sebuah studi terbaru, sekelompok peneliti dari Inggris menemukan fakta mengejutkan mengenai hubungan berselancar dengan masalah kesehatan. Olahraga tersebut berpotensi membawa bakteri resisten antibiotik ke dalam tubuh.

Studi terdahulu menunjukkan bahwa peselancar minum air laut lebih banyak dibanding perenang dan penyuka olahraga air lainnya. Dan ini berbahaya untuk mereka.

Mengapa begitu?

Studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Environment International, mencoba mencari jawabannya dengan menguji bakteri usus sekitar 300 orang. Setengah dari partisipan secara rutin sering berselancar di pantai Inggris. Sampel tinja menunjukkan bahwa 9% peselancar, membawa E.coli yang resisten terhadap sefotaksim (antibiotik yang biasa diberikan dokter untuk membunuh bakteri).

Baca juga: Makan Pasta Bisa Membuat Kita Kurus

Meskipun sampel dan persentase partisipannya kecil, namun menurut Anne Leonard, peneliti studi ini sekaligus ahli epidemiologi di University of Exeter Medical School, hasilnya menunjukkan kemungkinan kaitan antara resisten antibiotik dengan waktu yang dihabiskan di laut.

Saat ini, antimikroba sering digunakan pada obat-obatan, pertanian dan arena publik lainnya. Leonard mengatakan, aliran dan pengolahan air limbah – terutama setelah hujan reda --  bisa membawa senyawa-senyawa tersebut langsung ke lautan di mana peselancar dan perenang lain mungkin terpapar dengan bakteri resisten antibiotik tersebut.

Meskipun begitu, penemuan ini bukan berarti mengarahkan orang-orang untuk berhenti berselancar di laut. Menurut Leonard, mereka hanya ingin memberikan informasi mengenai bahay air laut terhadap kesehatan. Ia menambahkan, menghindari laut pada saat hujan deras mungkin bisa mengurangi paparan bakteri.

Hasilnya mungkin berbeda dari satu negara dengan yang lainnya. Bergantung pada penggunaan antibiotik, praktek pengolahan air dan faktor lainnya.

Baca juga: Bagaimana Rendang Bisa Menyebar Hingga ke Malaysia?

Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana resisten antibiotik dan lingkungan saling terkait. “Memahami transmisi bakteri dapat membantu kita mengembangkan intervensi yang efektif untuk mengurangi penyebaran,” pungkas Leonard. 


Editor :
Sumber : National Geographic Indonesia


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X