Perang Bintang pada Malaysia Masters 2018

By Yakub Pryatama - Selasa, 16 Januari 2018 | 19:07 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, mengembalikan kok ke arah Viktor Axelsen (Denmark) pada final BWF Superseries Finals yang berlangsung di Hamdan Sports Complex, Dubai, Minggu (17/12/2017).
GIUSEPPE CACACE /AFP PHOTO
Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, mengembalikan kok ke arah Viktor Axelsen (Denmark) pada final BWF Superseries Finals yang berlangsung di Hamdan Sports Complex, Dubai, Minggu (17/12/2017).

Setelah hanya meraih satu gelar dari Thailand Masters 2018, kesempatan kedua untuk Indonesia memperbaiki performa bisa terjadi pada Malaysia Masters 2018 yang diadakan di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, 16-21 Januari.

Pada nomor tunggal putra, sejumlah nama besar telah mengkonfirmasi partisipasinya untuk ikut bersaing pada turnamen kategori grade dua level empat tersebut.

Pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen (Denmark), Chen Long (China), sang juara bertahan Ng Ka Long (Hong Kong), Sai Praneeth (India), Lin Dan (China), Kento Momota (Jepang) dan Son Wan Ho (Korea Selatan), turut ambil bagian meramaikan persaingan juara.

Tim tuan rumah tentu lebih serius dalam menghadapi perang para bintang. Dengan hadirnya pemain unggulan kedua asal Negeri Jiran, Lee Chong Wei, tentu akan mempersulit pemain lain untuk bisa mulus meraih podium.

Faktor dukungan dari suporter tuan rumah dan keinginan kuat untuk bisa mengulangi prestasi pada 2016, membuat Lee Chong Wei ingin tampil oke di rumah sendiri.

“Di Malaysia Masters nanti, bisa dipastikan semua pemain akan bermain bagus,” ujar Lee Chong Wei.

Tim Indonesia sendiri akan mengirimkan pemain-pemain utamanya. Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Tommy Sugiarto, dan Ihsan Maulana Mustofa, dipersiapkan guna merebut gelar di Negeri Tetangga.

Sejarah mencatat, Simon Santoso menjadi pemain tunggal putra terakhir Indonesia yang sukses membawa gelar dari Malaysia, tepatnya pada 2014.

“Pastinya persaingan makin sengit. Apalagi Kento Momota sudah kembali bertanding.  Selain itu, pemain seperti Lin Dan, atau Axelsen, tentu bakal menjadi pesaing berat saya,” tutur Anthony.

Wajar jika Indonesia berharap banyak pada pria kelahiran Cimahi, 20 Oktober 1996 itu. Tahun lalu, Anthony menjadi satu-satunya tunggal putra Indonesia yang meraih gelar super series (Korea Terbuka).

 

Kecepatan motor untuk kelas MotoGP telah mengalami peningkatan pesat, terlebih semenjak perubahan regulasi dari motor bermesin 500cc, 800cc hingga yang digunakan saat ini, 1000cc. Sejauh ini, rekor kecepatan tertinggi yang pernah dicapai pebalap MotoGP dibukukan Andrea Iannone saat masih membalap untuk tim Ducati. Rekor tersebut dicatat Iannone saat melakoni balapan GP Italia pada musim 2016. Kala itu, Iannone memacu motornya hingga kecepatan maksimal 354,9 kilometer per jam (km/h). Jika dibandingkan dengan edisi terakhir pada era mesin 800cc, ada peningkatan kecepatan motor sebesar 19 km/h. MotoGP 2018 akan mulai pada bulan Maret, Akankah kecepatan pebalap akan meningkat di 2018? #motogp #dorna #topspeed #ducati #honda #yamaha #ktm #suzuki #aprilia #motogp2018

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on


Editor : Diya Farida Purnawangsuni
Sumber : Tabloid BOLA edisi 2.836


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X