Ketika Satu Pertandingan Tim Palestina Menggambarkan Kemerdekaan Atas Bangsa Mereka

By Intisari Online - Minggu, 10 Juni 2018 | 19:48 WIB
Para pemain timnas Palestina merayakan gol yang dicetak ke gawang Bhutan dalam laga kualifikasi Piala Asia 2019 di Stadion Internasional Dora, Hebron, Selasa (10/10/2017).
HAZEM BADER/AFP
Para pemain timnas Palestina merayakan gol yang dicetak ke gawang Bhutan dalam laga kualifikasi Piala Asia 2019 di Stadion Internasional Dora, Hebron, Selasa (10/10/2017).

Rupanya Ashraf Nuaman yang mengekusi tendangan tersebut, ia melayangkan tendangan keras ke pojok kiri atas,dan memaksmalkan peluang yang didapatkannya. 

Gol tercipta tepat tiga puluh menit kemudian, dengan serang penuh terakhir, Nuaman dan kawan-kawan merayakan kemenangan terpenting tim saat utu juga.

Itulah segelintir kenangan manis yang pernah diterima Palestina, sebagai sebuah tim yang pernah mengecap manisnya prestasi, meski sebagai negara yang kini dilanda konflik berkepanjangan.

Hubungan antara olahraga, identitas nasional, politik, masyarakat, dan perjuangan telah dipelajari berkali-kali. 

Tapi tanpa terlalu jauh, sebab tidak ada keraguan bahwa tim Palestina adalah salah satu contoh paling menonjol dari kemampuan tim sepak bola nasional, yang bahkan mendahului pembentukan institusi nasional dan berdaulat Palestina.

Ketika FIFIA secara resmi mengakui tim sepak bola nasional Palestina pada tahun 1998, menjadi salah satu organisasi internasional pertama yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara. 

Keputusan itu, bersama dengan perjalanan Presiden FIFA Sepp Blatter ke Gaza pada tahun 1998, memaksa dunia untuk terbiasa dengan 'Palestina,' apakah negara itu berbatasan atau tidak. 

Tampaknya sejak saat itu, Israel masih merasa perlu membicarakan tentang 'tim Palestina' atau 'pelatih Palestina.'

Tim nasional Palestina waktu itu akan pergi ke Piala Asia, saat ini berlangsung di Australia, untuk menempatkan Palestina di peta. 

Acara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengirim pesan kepada para pemain sebelum mereka berangkat ke Australia, di mana ia menyebut olahraga 'senjata penting dalam politik'.


Editor : Nugyasa Laksamana
Sumber : Intisari Online


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X