Ramadan yang Mencekam di Paris

By Ubaidillah Nugraha - Sabtu, 11 Juni 2016 | 18:16 WIB
Grand Mosque de Paris selalu penuh saat berbuka puasa.
UBAIDILLAH NUGRAHA/JUARA.net
Grand Mosque de Paris selalu penuh saat berbuka puasa.

Hanya, Ramadan hari pertama ketika penulis datang ke masjid dengan perasaan yang agak mencekam. Tidak ditemukan banyak senyum kali ini, tidak sedikit pengunjung masjid yang datang sekadar untuk mendapatkan penganan berbuka (terlihat dari cukup banyaknya yang masih menikmati iftar pada saat salat Magrib sampai selesai bahkan pulang setelah itu).

Hal ini menyebabkan prosesi pembagian iftar terlihat cukup padat dan berdesak-desakan sehingga tidak sedikit orang tua yang tidak mendapatkan makanan secara lengkap. Ruang dalam pun terlihat banyak tas plastik berisi pakaian yang tergantung menandakan masjid menjadi rumah bagi sebagian warga terutama migran. Setelah selesai salat tarawih dapat dirasakan konfirmasi dari banyaknya tentara yang menjaga di luar mesjid.

Ada beberapa sebab yang mungkin kalau dirunut-runut menjadi beberapa pemicu. Tragedi Paris tahun lalu masih cukup membekas untuk negara tersebut dan masih cukup sering diperbincangkan sampai sekarang.

Derasnya migran yang datang ke negara tersebut dalam setahun terakhir (Prancis termasuk negara yang paling terbuka menerima migran Suriah dibandingkan dengan banyak negara Eropa lainnya) dan tentunya juga pengamanan yang ketat terkait dengan penyelenggaraan Piala Eropa 2016 yang akan dilaksanakan selama sebulan penuh di bulan Juni-Juli.

Baca Juga:

Meskipun demikian, rasa tidak nyaman tersebut tidak bisa mengalahkan rasa syahdu menjalankan ibadah baik dari saat berbuka, Magrib sampai pelaksanaan Tarawih. Dengan penganan kurma, roti dan keju pada saat iftar dan dilanjutkan dengan berbuka dengan sup dan kebab khas Mediterania paling tidak sedikit kerinduan berbuka dengan saudara-saudara muslim dari berbagai belahan dunia sedikit terobati.

Pengalaman ramadhan tahun 2016 yang kali ini penulis rasakan di Paris menunjukkan bahwa keber-Islam-an memang memiliki tantangannya sendiri tidak saja karena waktu berpuasa yang cukup panjang (hampir 19 jam) di banyak negara Eropa tetapi juga rasa aman yang meningkat eskalasinya. Akan tetapi, semua rasa tidak nyaman, mencekam, takut pupus demi memenuhi panggilan sang Khalik.


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : juara


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X