"Setelah kalah dari Persipura waktu itu, saya langsung punya pikiran bahwa harus kembali ke final yang berlangsung di Senayan dan memberikan gelar untuk klub yang saya bela," ujar Luci.
Impian itu akhirnya terealisasi kala ia berseragam Persija di Liga Indonesia 2000/2001.
Yang tak kalah mengesankan, justru PSM yang harus ditaklukkan Macan Kemayoran di laga puncak.
"Sebelum pertandingan, banyak yang mengira bahwa saya akan tampil setengah hati karena merupakan mantan pemain PSM. Saya buktikan anggapan itu salah dengan tampil sebaik mungkin dan ternyata berhasil," ujar Luci.
Dibela Pemain
Sekitar 15 tahun berselang dari kenangan tersebut dan kini nasib berbicara lain. Sebagai ujian awal, PSM asuhan Luci justru babak belur setelah hanya menempati posisi juru kunci di klasemen akhir Trofeo Persija 2016.
Kemenangan tipis 2-1 atas Persela di laga uji coba perdana kontra tim selevel ibarat tak berbekas.
Padahal, saat meladeni Persela, Persija, dan Bali United, Luci cenderung menurunkan komposisi pemain yang tak jauh berbeda.
Sekembalinya dari Jakarta, Luci langsung melanjutkan program latihan intensif bagi Syamsul Chaeruddin dkk. di Makassar.
Tekanan juga mulai muncul dari kelompok suporter hingga di dunia maya. Namun, tidak demikian di mata pemain.
"Saya kira Luciano sudah merupakan sosok yang tepat untuk menangani PSM. Ia pernah membela tim ini dan tahu kondisi sepak bola Indonesia secara umum. Mungkin hanya butuh adaptasi dan saya kira hal itu lumrah," ujar kapten PSM, Syamsul.
"Sebagai pemain baru, saya merasa bahwa peran Luci sejauh ini sudah cukup positif. Hasil mungkin belum terlalu terlihat, namun kekompakan tim sudah mulai terbentuk," ujar gelandang anyar, Rizky Pellu.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.662 |
Komentar